Rabu, 28 Maret 2012 1 komentar

Fotografi Modeling

Selasa, 27 Maret 2012 0 komentar

KEMAMPUAN MENULIS ADVERTORIAL



category : catatan kuliah 
dibawah ini adalah catatan kuliah gw selama menempuh pendidikan lanjutan, semoga dapat membantu teman-teman yang sedang kuliah di jurusan komunikasi khususnya advertising..



Menulis advertorial itu gampang-gampang susah. Pasalnya, iklan dalam bentuk narasi ini harus memiliki kemampuan 3 profesi dalam penggarapannya.
1. Profesi sebagai sales/marketing, yakni kita harus menguasai product knowledge dari si pengiklan. Niscaya penulisannya harus mewakili perusahaan pengiklan tersebut.
2. Profesi sebagai seniman, yakni harus bisa merangkai untaian kata yang memikat hingga konsumen tertarik atas iklan yang kita tulis.
3. Profesi jurnalis, yakni harus mampu menulis. Tak hanya itu, agar advertorial memiliki kelengkapan sebagai sebuah berita harus melalui serangkaian pengumpulan bahan, salah satunya interview. Fakta dan data harus kita ungkap. Untuk menghindari adanya kebohongan publik kita harus menolak menulis apa yang tidak ada faktanya.

Pengiklan kecewa? Itu resiko kita sebagai seorang jurnalis.
Faktanya, semua pengiklan mengucapkan terima kasih karena telah terhindar dari pencorengan nama baik oleh diri sendiri. Misalnya advertorial sebuah properti residensial.
Pengiklan minta ditulis adanya sebuah pintu gerbang ekslusif ketika memasuki kawasan residensial tersebut. Namun karena pintu gerbang belum dibuat maka kita menolak untuk menambah berita tentang pintu tersebut.
Kita kemukakan alasannya. Bila konsumen datang untuk survey namun tidak menemui pintu gerbang dimaksud, lihat betapa kecewanya konsumen. Alih-alih ingin memikat konsumen, malah menjauhkan konsumen dari keinginan membeli properti kita. Demi alasan tersebut, pengiklan berterima kasih atas saran tersebut.
0 komentar

COPY WRITER & ADVERTORIAL



category : catatan kuliah 
dibawah ini adalah catatan kuliah gw selama menempuh pendidikan lanjutan, semoga dapat membantu teman-teman yang sedang kuliah di jurusan komunikasi khususnya advertising..



Advertorial merupakan advertising editorial, merupakan iklan (advertising) yang dikemas dalam bentuk selain iklan display yang biasa kita lihat di berbagai media. Biasanya advertorial tidak mudah dikenali sebagai iklan karena dikemas dalam berbagai format. Contohnya saja dalam format artikel, feature, kuis, tips dan lain-lain.
Dalam media anak-anak (misalnya Bobo), advertorial bisa muncul dalam bentuk cergam, komik dan permainan (games). Tapi tampaknya sudah terdapat etika cukup saklek dalam ber-advertorial di media massa, yaitu judul "Advertorial" yang biasanya dicantumkan di bagian kiri atau kanan advertorial.
Lalu, bagaimana job description seorang copywriter dalam proses mencipta advertorial? Dari proses kreatif mereka mencari ide sampai tampil di media cetak?
Karena proses pembuatan advertorial merupakan bagian kecil dari kampanye sebuah produk (baca: iklan), jadi hubungan kerja copywriter erat kaitannya dengan perusahaan yang mengeluarkan produk (klien) dan biro iklan yang mewakili kepentingan klien yang bersangkutan.

1. Copywriter menerima job dari klien, yang diwakili oleh sebuah biro iklan, yang biasanya sudah merupakan rekanan dari perusahaan tempat si copywriter bekerja. Untuk selanjutnya, hubungan antara copywriter dan klien tersebut, dapat diwakili oleh biro iklan tersebut. Tetapi tidak mustahil apabila klien memilih untuk dapat langsung berhubungan dengan sang copywriter.
2. Konsep advertorial didiskusikan oleh copywriter dan pihak biro iklan dan disusun dalam sebuah brief. Brief ini biasanya mengandung hal-hal yang berkaitan dengan advertorial produk yang akan dibuat: bentuk/ format, angle, hal-hal apa yang akan ditonjolkan dan rencana grafis. Karena dalam beberapa advertorial, konsep yang tersusun dalam brainstorming tersebut kerap berhubungan dengan grafis, biasanya copywriter juga akan disertai oleh seorang desainer grafis atau ilustrator. Tentunya hal ini tergantung dari ide apa yang hendak dilontarkan copywriter dalam meeting tersebut.
3. Begitu brief sudah tersusun, copywriter sudah bisa bergerak untuk melakukan proses mencipta. Proses mencipta ini, tentu saja dibatasi oleh deadline yang biasanya berkisar antara 2 minggu. Waktu 2 minggu itu sudah termasuk proses approval oleh klien, yang biasanya juga dibatasi dalam 2 kali approval. Bila selama waktu yang telah ditentukan, klien belum memberi approve juga, tentunya hal ini bisa diatasi dalam "cara kekeluargaan".


Jenis-jenis Advertorial

Berikut terdapat beberapa jenis advertorial yang disusun dalam berbagai format:
1. Format artikel. Format ini biasa Anda dapatkan di surat-surat kabar, dari KOMPAS, Republika, Media Indonesia dan Suara Pembaruan. Format ini juga bisa ditemukan di majalah-majalah politik atau wanita.
2. Tips. Format advertorial seperti ini biasanya mudah ditemukan di majalah-majalah remaja, seperti Hai dan Gadis. Contoh: tips mengatasi jerawat, yang biasanya di akhir tulisan disertai dengan menyebutkan produk yang diadvertorialkan.
3. Kuis. Hal ini bisa dilaksanakan berkat kerjasama dengan klien yang bersangkutan.
4. Cerita bergambar, komik dan permainan. Biasa ditemukan pada majalah-majalah anak-anak. Contoh paling mudah ditemukan adalah majalah Bobo.


Bekal Menjadi Copywriter

Beberapa bekal yang harus siapkan untuk menjadi copywriter yang ideal:
1. Kemampuan menulis. Hal ini sudah tentu tidak bisa ditawar lagi. Hal ini tidak berarti Anda harus merupakan lulusan Jurnalistik atau Fakultas Komunikasi, ataupun berlatar belakang periklanan. Yang penting, Anda memiliki kemampuan menulis. Jangan khawatir, jaman sekarang, kemampuan menulis bisa ditumbuhkembangkan, yang penting Anda punya keinginan.
2. Kreatif. Sama seperti copywriter biro iklan, seorang copywriter tentunya diharapkan memiliki ide-ide kreatif untuk menciptakan advertorial yang lain dari yang lain. Ide untuk menciptkan kuis-kuis menarik, tips-tips ringan yang bisa disangkutpautkan dengan produk yang akan diadvertorialkan. Pendeknya adalah mencari tema dan konsep advertorial yang cocok dan catchy untuk produk yang akan ditampilkan.
3. Memiliki keinginan mempelajari hal-hal baru. Seorang copywriter, biasanya selalu dihadapkan pada hal-hal baru. Contohnya begini. Seorang copywriter yang sudah biasa menulis untuk media anak, tiba-tiba diberi tugas untuk membuat advertorial untuk media remaja. Tentu saja mereka harus selalu dibekali oleh kemampuan mencari informasi tentang hal-hal baru dengan waktu seefisien mungkin.
4. Sebagai seorang copyriter, dituntut juga untuk turun ke lapangan alias melakukan wawancara. Tapi wawancara di sini tentu saja konteksnya beda dengan wawancara yang bisa dilakukan oleh para kuli disket. Wawancara untuk seorang copywriter biasanya sudah ditentukan waktunya. Contohnya begini: sebuah advertorial mengenai produk make up terbaru, dimana klien menginginkan dalam advertorial tersebut dimuat pengakuan seorang aktris pendatang baru yang "cerita"nya telah mencoba produk tersebut.
2 komentar

Advertorial dan Teknik Penulisannya (lanjutan)



category : catatan kuliah 
dibawah ini adalah catatan kuliah gw selama menempuh pendidikan lanjutan, semoga dapat membantu teman-teman yang sedang kuliah di jurusan komunikasi khususnya advertising..



Standar Penulisan Advertorial
Rumusan penulisan advertorial biasanya memakai standar penulisan siaran berita untuk media massa, yakni 5W + 1 H, namun kita gunakan saja istilah yang lain, yaitu; SOLAADS;
1. Subject (subjek) : Apa yang dituturkan oleh cerita?
2. Organization (organisasi) : Apa nama organisasi yang bersangkutan atau organisasi yang berkepentingan?
3. Locations (lokasi) : Dimana organisasi itu berlaku?
4. Advantages (keunggulan) : Apa yang baru? Serta apa pula manfaatnya?
5. Applications (penerapan) : Apa saja kegunaan atau manfaatnya? Siapa pengguna atau pihak-pihak yang dapat memanfaatkannya?
6. Details (rincian) : Berapa ukurannya, apa warnanya, bagaimana pengembangannya, bagaimana bentuk atau penampilannya (dan berbagai hal rinci lainnya)?
7. Source (sumber) : Di mana produk itu bisa diperoleh?


Penulisan Advertorial

Beberapa hal yang mesti anda perhatikan dan pahami dalam menulis advertorial, yaitu:
1. Paragraf, kalimat dan kata-kata yang digunakan harus diusahakan sesingkat dan sepadat mungkin. Ex. Tulislah “rumah”, bukan “kediaman”, tulis “jika” untuk menghemat “apabila”.
2. Usahakanlah selalu agar setiap siaran berita tidak lebih dari satu halaman atau selembar kertas saja.
3. Hindari gaya bahasa superlatif, yakni gaya bahasa yang berlebihan. Jauhi pula kata-kata yang terlampau memuji-muji diri sendiri. Hindari ekspresi yang serba hebat, seperti “terbesar di dunia”, “termegah di abad ini”, dan lain-lain.
4. Hindari generalisasi yang tidak jelas dan kecondongan untuk menjelaskan segala sesuatu yang bisa berakibat keluarnya tulisan dari konteks aslinya. Sebisa mungkin kemukakan fakta-faktanya sehingga kesan unggul dari produk/jasa yang bersangkutan akan muncul dengan sendirinya.
5. Jangan pernah memakai kata-kata klise seperti “unik”, bercakupan luas”, “sangat ilmiah”, sampai detik ini”.
6. Jangan mengutip pendapat atau komentar dari seseorang tokoh, kecuali jika langsung bersumber dari orang yang bersangkutan.
7. Jangan sembarangan memilih jurnal atau media. Ingatlah bahwa masing-masing media massa. Ingatlah bahwa masing-masing media memiliki khalayak pembaca yang berbeda-beda.


Khalayak

Advertorial harus teliti terhadap karakteristik khalayak yang hendak diijangkau, antara lain:
1. Para distributor : biasanya untuk mendapatkan informasi mengenai kebijakan bagi para pemasok, mendidik distributor tentang cara menggunakan produk/jasa perusahaan dan manfaatnya, membantu menjalankan operasi usahanya secara lebih efisien.
2. Para pengguna dan konsumen: agar lebih mengetahui keunggulan dan tata cara pemakaian produk/jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
3. Patron: sebagai bentuk pelayanan kepada pengguna eksklusif.
4. Opinion Leader: agar mereka mengetahui tentang organisasi dengan segala sejarahnya, kebijakan, prestasi, karya riset, dan berbagai aspek lainnya.
5. Calon konsumen: ditujukan untuk mengedukasi dan mempersuasi tentang produk/jasa yang dimiliki perusahaan.
0 komentar

Advertorial dan Teknik Penulisannya



category : catatan kuliah 
dibawah ini adalah catatan kuliah gw selama menempuh pendidikan lanjutan, semoga dapat membantu teman-teman yang sedang kuliah di jurusan komunikasi khususnya advertising..




Advertorial adalah jenis artikel yang mempromosikan suatu produk dengan mengambil bentuk naskah editorial. Biasanya naskah ini digunakan untuk memperkenalkan suatu produk. 
Tujuan

1. Mewakili lembaga/perusahaan dalam mengenalkan produk atau jasa
2. Mempersuasi khalayak
3. Mengedukasi khalayak dengan informasi lebih rinci
4. Membangun citra sekaligus popularitas


Formula Dalam Advertorial

Sama halnya dengan pembuatan iklan pada umumnya, advertorial pun harus memperhatikan formula AIDCA:
1. Attention; memecahkan perhatian pembaca dari berita editorial atau iklan lain. Perhatian dapat diraiih dengan memanfaatkan posisi dalam publikasi.
2. Interest; menarik pembaca/khalayak agar memperhatikan tulisan iklan yang dibuat.
3. Desire; pembaca/khalayak didorong untuk menginginkan produk/jasa yang diiklankan
4. Conviction; menampilkan fakta-fakta yang meyakinkan, bukti-bukti dari penampilan, kesaksian-kesaksian, dan fakta-fakta lain yang berkaitan dengan produk yang diiklankan
5. Action; mampu menimbulkan suatu respon.


Unsur Tulisan Dalam Advertorial

Unsur tulisan yang ada dalam teks iklan bisa menarik apabila memasukkan unsur;
1. Emosional; kebutuhan emosional dasar, antara lain: penampilan diri (self assertion), cinta kasih, persahabatan (companionship), pemeliharaan diri (self preservations), rasa ingin memiliki (acquitivenes), rasa ingin tahu, rasa aman dan kenyamanan.
2. Factual Hard Selling; teks menggunakan kaidah AIDCA yang sangat kompetetitif dan persuasif.
3. Faktual edukasional; iklan jenis ini lebih informatif.
4. Narasi; penulisan iklan yang menekankan pada iklan persuasif
5. Prestise; tulisan advertorial mempunyai unsur prestise dibanding bentuk iklan lainnya di media cetak maupun elektronik, karena mempunyai kolom yang khusus maupun perlakuan yang berbeda (harga) dibanding iklan lainnya.
6. Gambar serta keterangan; tulisan advertorial biasanya dilengkapi dengan gambar dari produk yang diiklankan juga dilengkapi dengan keterangan cara penggunaannya.
7. Monolog dan Dialog; Iklan bisa saja berupa testimonial yang disampaikan oleh orang/lembaga yang terkenal.
8. Pembaca (reader); tulisan advertorial akan menggugah minat pembacanya apabila apa yang menjadi kebutuhan pembacanya ada didalam tulisan tersebut. Pembaca seolah-olah terlibat secara emosi berada dalam tulisan advertorial.
9. Gimmick; tulisan advertorial yang dilengkapi dengan alat-alat / sarana pendukung promosi lainnya.
10. Kesaksian; daya tarik tulisan advertorial adalah adanya kesaksian dari si pengguna produk yang dipromosikan.
11. Kutipan; adanya kutipan dari para pakar / ahli / seperti dokter yang mendukung produk yang dipromosikan. Untuk produk seperti handphone misalnya kita bisa menuliskan kutipan pernyataan dari Roy Suryo, seorang pakar dibidang komunikasi dan telematika.
0 komentar

WOM Sebagai Sarana Publisitas



category : catatan kuliah 
dibawah ini adalah catatan kuliah gw selama menempuh pendidikan lanjutan, semoga dapat membantu teman-teman yang sedang kuliah di jurusan komunikasi khususnya advertising..



Murah, efisien, dan diyakini sebagai jurus paling ampuh untuk memperluas pasar dan meningkatkan penjualan. Namun, bagaimana menjalankan word of mouth marketing secara jitu?
Betapa enaknya bila produk kita sudah bisa jalan dengan word of mouth marketing (WOMM). Produk akan dibicarakan orang, dipromosikan secara sukarela, dan kemudian makin banyak penjualan tercipta. Hanya saja, tidaklah mudah membuat produk/jasa kita bernasib seperti itu. Diperlukan strategi yang tepat agar hal itu bisa terjadi.

1. Langkah awal untuk membuat merek kita dibicarakan, carilah orang yang mau membicarakan brand kita. Tahap ini disebut memilih dan mengidentifikasi talkers. Pasti, harus dicari orang yang punya jejaring luas, ekspresif dan kredibel di bidang yang akan dibicarakan. "Jadi, bukan semata-mata mencari orang yang puas terhadap produk/layanan kita, namun juga harus gemar bicara. Bila sudah ketemu, orang yang cerewet ini harus diberi pengarahan. Sebab, orang cerewet bisa bicara positif maupun negatif tentang brand. Maka, harus diberi topik agar dibicarakan," kata Sumardy dari Octobrand. Cara itu juga dilakukan Anlene yang membicarakan topik Sepuluh Ribu Langkah sehingga akhirnya orang-orang akhirnya tetap bicara dalam topik yang sama.

2.Bila sudah masuk ke tahap mempromosikan, yang dibicarakan tentu harus positif. "Memasuki tahap ini, produsen harus memberikan tools kepada konsumen yang mau mempromosikan produk itu. Antara lain, bisa dengan memberikan sampling supaya konsumen bersangkutan memiliki kesempatan mencoba," kata Sumardy. Peranti yang diberikan sebaiknya eksklusif agar talker merasa diperlakukan spesial. Ini untuk memicu agar konsumen semakin senang dengan suatu merek dan gemar membicarakannya ke orang lain setelah mencoba.

3.Tahap yang lebih tinggi, tentu saja, membuat konsumen mau mempromosikan produk ke konsumen lain untuk membeli. Konsumen mampu mengubah yang negatif menjadi positif. Orang yang awalnya tak mau beli akhirnya bersedia membeli. “Di sinilah keberhasilan strategi word of mouth dilihat,” ujar Sumardy kembali. Yang perlu diperhatikan, agar strategi ini efektif, pemasar harus mengubah paradigma. Dalam hal ini tidak bisa lagi menggunakan paradigma iklan yang sering menganggap semua konsumen sama. Di WOMM bukan sekadar mencari pengguna, tapi mencari konsumen yang mau membicarakan produk kita atau mau menjadi talker.

4. Selain itu, harus bersifat localized. Artinya, jika mau membidik konsumen Jakarta, harus mencari orang yang cerewet dan kredibel yang memiliki jejaring di Ibu Kota. Demikian juga untuk pasar di kota-kota lain. Antara talkers di Jakarta dan di Bandung, misalnya, berbeda. Kalau konsep iklan, cenderung menganggap semua konsumen sama.

5.Lalu, produsen juga harus bisa mengembangkan hal-hal menarik agar orang mau membicarakan produk mereka. Berikan topik-topik menarik agar orang-orang tertarik untuk terus membicarakan. "Kelemahan beberapa pemain yang menjalankan WOMM, hanya menghabiskan biaya pada tahapan talking, belum promoting dan selling,” ungkap Sumardy.

"Jadi harus buat kehebohan, kejutan, sesuatu yang spektakuler, ekstrem, keluar dari jalur biasa alias out of the box," kata Istijanto. Kehebohan atau kejutan itu sendiri bisa dibangun dari banyak sisi, sesuai dengan parameter dalam marketing mix. Dari sisi harga, misalnya, pernah dilakukan Lion Air ketika menawarkan tiket penerbangan dengan harga supermurah, bahkan untuk tujuan tertentu bisa lebih murah dari tiket kereta api atau kapal laut. Wajar kalau kemudian muncul gemuruh konsumen yang menyarankan konsumen lain agar ganti naik pesawat saja.
1 komentar

Mengevaluasi Efektivitas Periklanan



category : catatan kuliah 
dibawah ini adalah catatan kuliah gw selama menempuh pendidikan lanjutan, semoga dapat membantu teman-teman yang sedang kuliah di jurusan komunikasi khususnya advertising..



Kebanyakan uang yang dihabiskan oleh agen iklan adalah pada masa percobaan iklan dan sangat sedikit untuk mengevaluasi iklan tersebut. Padahal sebaiknya perusahaan mengiklankan dahulu di satu kota, mengevaluasi hasil/efeknya, baru jika berhasil beriklan secara nasional atau internasional.
Ada dua efek iklan, yaitu efek komunikasi (communication effect) dan efek penjualan (sales effect) yang kedua-duanya dapat diteliti.

1. Penelitian Efek Komunikasi
Penelitian efek komunikasi berusaha mengetahui apakah iklan yang dibuat dapat berkomukasi secara efektif. Ada metode yang disebut copy testing, yang dapat dilakukan sebelum dan sesudah ikan dipasang di media. Ada 3 metode utama untuk pengujian awal dari iklan yaitu:
 Metode pemeringkatan langsung (direct rating method), yaitu metode yang menanyakan konsumen untuk memeringkat iklan yang dipasang. Rating digunakan untuk mengevaluasi perhatian terhadap iklan, pembacaan iklan, pengertian, pengaruh dan kekuatan tingkah laku. Semakin tinggi rating biasanya semakin efektif iklan tersebut.
 Pengujian portofolio (portfolio tests) menanyakan konsumen untuk melihat dan atau mendengar sekumpulan (portfolio) iklan, berbicara selama yang mereka inginkan. Kemudian konsumen tersebut ditanyakan untuk menyebutkan kembali semua iklan tersebut dan isinya, ditambah, sama atau dikurangi oleh si penanya (interviewer). Tingkat penyebutan kembali ini menunjukkan kemampuan iklan untuk bertahan dan menyampaikan pesan yang dapat dimengerti dan diingat.
 Pengujian laboratorium (laboratory tests) menggunakan peralatan untuk mengukur reaksi psikologis konsumen seperti detak jantung, tekanan darah, pelebaran pupil, keringat terhadap suatu iklan. Pengujian ini mengukur kekuatan menarik perhatian dari iklan tersebut tetapi tidak menunjukkan sama sekali pengaruh iklan terhadap kepercayaan, sikap atau minat.

2. Penelitian Efek Penjualan
Efek penjualan iklan biasanya lebih sukar diukur dibandingkan dengan efek komunikasi. Penjualan dipengaruhi banyak faktor disamping periklanan, seperti ciri produk, harga, ketersediaan dan kegiatan pesaing. Semakin sedikit atau semakin dapat dikendalikan faktor-faktor tersebut, semakin mudah untuk mengukur efek iklan terhadap penjualan. Efek penjualan paling mudah diukur pada situasi pemasaran langsung dan paling sukar diukur pada iklan untuk membangun citra brand atau perusahaan.
Satu pendekatan untuk mengetahui apakah perusahaan telah terlalu lebih atau kurang dalam menghabiskan uang untuk iklan adalah dengan formulasi berikut:
Peckhan telah mempelajari hubungan antara bagian dari suara (share of voice) dan pangsa pasar (share of market) untuk beberapa consumer product dan menemukan rasio 1 banding 1 untuk produk yang sudah mapan dan rasio 1,5 sampai 2 banding 1 untuk produk baru. Cara menentukan efektivitas iklan adalah sebagai berikut:
Jika ada tiga perusahaan A, B dan C. Pangsa pasar dibagi dengan share of voice (share of voice adalah pengeluaran iklan perusahaan dibagi dengan pengeluaran iklan industri) menghasilkan efektivitas iklan. Setelah dibandingkan ternyata efektivitas iklan perusahaan A adalah yang terkecil (pangsa pasar kurang dari share of voice), diikuti B (pangsa pasar sama dengan share of voice) dan yang paling efektif adalah C (pangsa pasar lebih dari share of voice).
Kesimpulannya:
 Jika pangsa pasar kurang dari share of voice, maka perusahaan telah overspending atau misspending dalam beriklan.
 Jika pangsa pasar sama dengan share of voice, maka perusahaan sudah efisien dalam beriklan.
 Jika pangsa pasar lebih dari share of voice, maka perusahaan super efisien dalam beriklan. Peneliti mencoba mengukur pengaruh terhadap penjualan dengan menganalisa data historis atau data eksperimen:
 Pendekatan historis (historical approach) mengkorelasikan penjualan yang lalu dengan pengeluaran iklan yang lalu pada satu basis sekarang atau diberi lag (tenggang waktu) melalui teknik statistik yang canggih untuk mengukur efek iklan terhadap penjualan.
 Pendekatan eksperimen (experimental design) mencoba bereksperimen melalui cara percobaan pengeluaran yang tinggi (high-spending tests) dan percobaan pengeluaran yang rendah (low-spending tests). Jika high-spending tests menghasilkan peningkatan penjualan yang banyak maka perusahaan nampaknya underspending dalam beriklan. Jika high-spending tests gagal untuk meningkatkan penjualan dan jika low-spending tests tidak menurunkan penjualan, maka perusahaan telah overspending. Jika high-spending tests gagal meningkatkan penjualan dan low-spending tests malah menurunkan penjualan berarti perusahaan sudah efisien dalam beriklan.
2 komentar

PERSUASI POLITIK (Propaganda, periklanan dan retorika)



category : catatan kuliah 
dibawah ini adalah catatan kuliah gw selama menempuh pendidikan lanjutan, semoga dapat membantu teman-teman yang sedang kuliah di jurusan komunikasi khususnya advertising..



Pengertian dan Karakteristik
Pengertian.
• Persuasi adalah suatu tindakan yang berdasarkan segi-segi psikologis, yang dapat membangkitkan kesadaran individu. (Oemi Abdurrachman, MA, 1989: 62).
• Persuasi adalah usaha yang didasari untuk mengubah sikap, kepercayaan, atau perilaku orang melalui tranmisi pesan (Dan Nimmo, 1993: 119) Karakteristik.
1. Persuasi biasanya melibatkan tujuan atau persuasi adalah komunikasi yang bertujuan atau berkepentingan.
2. Persuasi itu bersifat dialektis, artinya persuasi adalah proses timbal balik yang di dalamnya komunikator dengan sengaja atau tidak, menimbulkan perasaan responsif kepada orang lain.
3. Bentuk tanggapan dan yang paling kentara ialah tindakan-tindakannya berisi ungkapan opini yang merefleksikan perubahan dalam persepsi, kepercayaan, nilai dan pengharapan.

PERSUASI POLITIK SEBAGAI PROPAGANDA
• Propaganda sebagai komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri dari individu-individu, dipersatukan secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan di dalam suatu organisasi. (Jacques Ellul, 1993: 123)
• Ciri-ciri propaganda:
1. Komunikasi satu kepada orang banyak,
2. Beroperasi terhadap orang-orang yang mengidentifikaasi diri mereka sebagai anggota kelompok,
3. Sebagai mekanisme kontrol sosial dengan menggunakan persuasi untuk mencapai ketertiban.
• Jadi propaganda adalah suatu syarat mekanisme kontrol sosial dengan menggunakan lambang untuk meningkatkan ketertiban sosial melalui kepercayaan bersama, nilai yang diakui bersama, dan pengharapan yang saling lingkup.

Tipe-tipe propaganda
1. Propaganda yang disengaja yaitu dengan sengaja mengindoktrinasi komunikan dengan pandangan-pandangan tertentu. Contoh: Guru ekonomi dengan sengaja mengidoktrinasi siswa dengan pandangan Marxis.
2. Propaganda yang tidak disengaja, yaitu jawaban spontan dari suatu pertanyaan dengan menunjukkan segi-segi positif dari suatu pandangan tertentu. Contoh: ketika guru ekonomi menjawab spontan pertanyaan siswanya dengan menunjukkan segi-segi positif ajaran Marxiz.
Leonard Doob membedakan propaganda menjadi :
1. Propaganda yang tersembunyi, yaitu propagandis menyelubungi tujuan yang sebenarnya. Misalnya ketika seorang presiden menyelenggarakan konferensi pers dengan cara mengembalikan pertanyaan wartawan agar menguntungkan baginya.
2. Propaganda terang-terangan menyiapkan tujuan yang sebenarnya. Contoh : ketika kandidat anggota DPR secara terang-terangan berusaha memperoleh suara dalam pemilu.
Jacques Ellul membedakan propaganda menjadi;
1. Propaganda politik, yaitu propaganda yang melibatkan usaha-usaha pemerintah, parpol atau golongan yang berpengaruh untuk mencapai tujuan strategis atau taktis.
2. Propaganda sosiologis, biasanya kurang kentara dan lebih berjangka panjang. Melalui propaganda ini orang disuntik dengan suatu cara hidup, suatu ideologi berangsur-angsur merembes ke dalam lembaga politik, sosial dan ekonomi.
3. Agitasi, berusaha agar orang-orang bersedia memberikan pengorbanaan yang besar bagi tujan yang langsung, dengan mengorbankan jiwa mereka dalam usaha mewujudkan cita-cita.
4. Integrasi menggalang kesesuaian di dalam mengejar tujuan-tujuan jangka panjang. Melalui propaganda ini orang-orang diharapkan mengabdikan diri mereka kepada tujuan-tujuan yang mungkin tidak akan terwujud dalam waktu bertahun-tahun, bahkan selama mereka hidup.
5. Propaganda vertikal, penebaran imbauannya ditujukan satu kepada banyak dan terutama mengandalkan media massa.
6. Propaganda horizontal, imbauannya lebih banyak melalui komunikasi interpersonal dan komunikasi organisasi ketimbang melalui komunikasi massa- misalnya anjang sono (convassing), pelatihan kader partai dsb.

PERSUASI POLITIK SEBAGAI PERIKLANAN.
Periklanan ditujukan kepada setiap individu yang anonim, hubungan antara iklan denngan calon pembeli adalah hubungan langsung-tidak ada organisasi atau kepemimpinan yang seakan-akan dapat mengirimkan kelompok pembeli itu kepada penjual. Akan tetapi, setiap individu bertindak berdasarkan pilihannya sendiri.
Periklanan dapat dibedakan menjadi periklanan komersial dan periklanan non komersial. Periklanan politik termasuk ke dalam periklanan non komersial. Periklanan politik ialah periklanan citra, yaitu imbauan yang ditujukan untuk membina reputasi pejabat pemerintah atau menghendaki menjadi pejabat pemerintah; memberi informasi kepada khalayak tentang kualifikasi, pengalaman, latar belakang, dan kepribadian seorang politikus, dan meningkatkan prospek pemilihan kandidat atau mempromosikan program dan kebijakan tertentu, misalnya iklan tentang pemilihan umum, dll.

PERSUASI POLITIK SEBAGAI RETORIKA.
Retorika adalah komunikasi dua arah, satu kepada satu, dalam arti bahwa satu atau lebih (seseorang berbicara kepada beberapa orang maupun seseorang berbicara kepada seseorang) Masing-masing berusaha dengan sadar untuk mempengaruhi pandangan satu sama lain melalui tindakan timbal baik.
Retorika politik adalah suatu proses yang memungkinkan terbentuknya masyarakat melalui negosiasi, yang berbeda dengan propaganda yang melibatkan mekanisme kontrol sosial dan periklanan mengandalkan keselektifan konvergen.

TIPE-TIPE RETORIKA POLITIK.
Aristoteles mengidentifikasi tiga cara pokok:
1. Retorika liberatif, dirancang untuk mempegaruhi orang-orang dalam masalah kebijakan pemerintah dengan menggambarkan keuntungan dan kerugian relatif dari cara-cara alternatif dalam melakukan segala sesuatu. Fokusnya pada yang akan terjadi di masa depan, jika ditentukan kebijakan tertentu. Jadi si orator menciptakan dan memodifikasi pengharapan atas ihwal yang akan datang.
2. Retorika forensik adalah yuridis. Ia berfokus pada apa yang terjadi pada masa lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak bersalah, pertanggungjawaban atau hukuman dan ganjaran. Settingnya yang biasa adalah ruang pengadilan, tetapi terjadinya di tempat lain, contohnya adalah pemeriksaan kasus pelecehan seksual dari presiden Clinton.
3. Retorika demonstratif, adalah wacana yang memuji dan menjatuhkan. Tujuannya untuk memperkuat sifat baik dan sifat buruk seseorang, suatu lembaga, atau gagasan. Contoh: kampanye politik dan dukungan editorial dari surat-kabar, majalah, televisi danradio terhadap seseorang kandidat anggota parlemen.

TEKNIK PERSUASI POLITIK
Lembaga untuk analisis propaganda, menurunkan tujuh sarana untuk merangkum berbagai teknik propaganda terpenting untuk memanfaatkan kombinasi kata, tindakan, dan logika untuk tujuan persuasif:
1. Penjulukan (name calling), yaitu memberi label buruk kepada gagasan, orang, objek, atau tujuan agar orang menolaknya tanpa menguji kenyataannya terlebih dulu.
2. Iming-iming (glittering generalities), yaitu dengan menggunakan “kata yang baik” untuk melukiskan sesuatu agar memperoleh du’kungan, tanpa menyelidiki ketepatan asosiasi itu. Contoh: koperasi merupakan “sokongan guru” ekonomi pancasila. Generasi muda sebagai “pewaris masa depan”, dll.
3. Transfer, yaitu mengidentifikasi suatu maksud dengan lambang otoritas. Contoh: H.M. Soeharto telah memenuhi syarat untuk diangkat menjadi presiden ketujuh kalinya, demikianlah ujar Ketua Umum Golkar.
4. Testimonial, menggunakan ucapan yang dihormati atau dibenci untuk mempromosikan atau meremehkan suatu maksud. Sarana yang paling mudah kita kenal dalam dukungan politik oleh suatu surat kabar, oleh tokoh terkenal, dll. Contoh: Menolong masyarakat “jangan hanya memberi ikan”.
5. Merakyat (plain folk), imbauan yang menyatakan bahwa pembicara berpihak kepada khalayak dalam usaha bersama yang kolaboratif. Misalnya, saya salah seorang dari anda, hanya rakyat jelata.
6. Memupuk kartu (card stacking), memilih dengan teliti pernyataan yang akurat dan tidak akurat, logis atau tidak logis, dsb. Untuk membangun suatu kasus. Contoh: Apa yang saya ucapkan adalah “amar ma’ruf nahi munkar”, “orang bijak tepat bayar pajak”, dll.
7. Gerobak musik (bandwagon technique); usaha untuk meyakinkan khalayak akan kepopuleran dan kebenaran tujuan sehingga setiap orang akan turut naik (turut serta). Contoh: dengan cara pawai atau arak-arakan dengan atau tanpa kendaraan dengan mengumandangkan yel-yel dan jargon.

GAYA PENYAJIAN RETORIKA
Selain gaya persuasif yang umum (gaya panas dan dingin) ada gaya retoris sbb:
1. Ekshortif: mendesak khalayak bahwa ada masalah, bahwa sesuatu harus dilakukan, dan bahwa mereka harus mengambil tindakan. Misalnya mendesak penyelesaian krismon.
2. Legal; menggunakan bahasa resmi yang melambangkan kesahihan dan kecermatan, dll.
3. Birokratis; menggunakan jargon teknis, uraias yang berbelit-belit yang dikaitkan dengan kaidah (aturan).
4. Tawar-menawar (negosiasi); memberi dan menerima kompromi, barter, balas jasa dan percakapan politik.
5. Teretutup/terbuka; mengacu kepada ucapan yang berhati-hati dan mengkontraskan efek dari komunikator politik. Contoh tertutup : kampanye suatu jabatan yang menyatakan masih ragu, sedangkan contoh yang terbuka adalah kampanye Jimmy Carter.
0 komentar

H.M. Soeharto

Rabu, 14 Maret 2012 0 komentar

PreWed Ari & Ayu

 
;