Selasa, 27 Maret 2012

WOM Sebagai Sarana Publisitas



category : catatan kuliah 
dibawah ini adalah catatan kuliah gw selama menempuh pendidikan lanjutan, semoga dapat membantu teman-teman yang sedang kuliah di jurusan komunikasi khususnya advertising..



Murah, efisien, dan diyakini sebagai jurus paling ampuh untuk memperluas pasar dan meningkatkan penjualan. Namun, bagaimana menjalankan word of mouth marketing secara jitu?
Betapa enaknya bila produk kita sudah bisa jalan dengan word of mouth marketing (WOMM). Produk akan dibicarakan orang, dipromosikan secara sukarela, dan kemudian makin banyak penjualan tercipta. Hanya saja, tidaklah mudah membuat produk/jasa kita bernasib seperti itu. Diperlukan strategi yang tepat agar hal itu bisa terjadi.

1. Langkah awal untuk membuat merek kita dibicarakan, carilah orang yang mau membicarakan brand kita. Tahap ini disebut memilih dan mengidentifikasi talkers. Pasti, harus dicari orang yang punya jejaring luas, ekspresif dan kredibel di bidang yang akan dibicarakan. "Jadi, bukan semata-mata mencari orang yang puas terhadap produk/layanan kita, namun juga harus gemar bicara. Bila sudah ketemu, orang yang cerewet ini harus diberi pengarahan. Sebab, orang cerewet bisa bicara positif maupun negatif tentang brand. Maka, harus diberi topik agar dibicarakan," kata Sumardy dari Octobrand. Cara itu juga dilakukan Anlene yang membicarakan topik Sepuluh Ribu Langkah sehingga akhirnya orang-orang akhirnya tetap bicara dalam topik yang sama.

2.Bila sudah masuk ke tahap mempromosikan, yang dibicarakan tentu harus positif. "Memasuki tahap ini, produsen harus memberikan tools kepada konsumen yang mau mempromosikan produk itu. Antara lain, bisa dengan memberikan sampling supaya konsumen bersangkutan memiliki kesempatan mencoba," kata Sumardy. Peranti yang diberikan sebaiknya eksklusif agar talker merasa diperlakukan spesial. Ini untuk memicu agar konsumen semakin senang dengan suatu merek dan gemar membicarakannya ke orang lain setelah mencoba.

3.Tahap yang lebih tinggi, tentu saja, membuat konsumen mau mempromosikan produk ke konsumen lain untuk membeli. Konsumen mampu mengubah yang negatif menjadi positif. Orang yang awalnya tak mau beli akhirnya bersedia membeli. “Di sinilah keberhasilan strategi word of mouth dilihat,” ujar Sumardy kembali. Yang perlu diperhatikan, agar strategi ini efektif, pemasar harus mengubah paradigma. Dalam hal ini tidak bisa lagi menggunakan paradigma iklan yang sering menganggap semua konsumen sama. Di WOMM bukan sekadar mencari pengguna, tapi mencari konsumen yang mau membicarakan produk kita atau mau menjadi talker.

4. Selain itu, harus bersifat localized. Artinya, jika mau membidik konsumen Jakarta, harus mencari orang yang cerewet dan kredibel yang memiliki jejaring di Ibu Kota. Demikian juga untuk pasar di kota-kota lain. Antara talkers di Jakarta dan di Bandung, misalnya, berbeda. Kalau konsep iklan, cenderung menganggap semua konsumen sama.

5.Lalu, produsen juga harus bisa mengembangkan hal-hal menarik agar orang mau membicarakan produk mereka. Berikan topik-topik menarik agar orang-orang tertarik untuk terus membicarakan. "Kelemahan beberapa pemain yang menjalankan WOMM, hanya menghabiskan biaya pada tahapan talking, belum promoting dan selling,” ungkap Sumardy.

"Jadi harus buat kehebohan, kejutan, sesuatu yang spektakuler, ekstrem, keluar dari jalur biasa alias out of the box," kata Istijanto. Kehebohan atau kejutan itu sendiri bisa dibangun dari banyak sisi, sesuai dengan parameter dalam marketing mix. Dari sisi harga, misalnya, pernah dilakukan Lion Air ketika menawarkan tiket penerbangan dengan harga supermurah, bahkan untuk tujuan tertentu bisa lebih murah dari tiket kereta api atau kapal laut. Wajar kalau kemudian muncul gemuruh konsumen yang menyarankan konsumen lain agar ganti naik pesawat saja.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;