Dahulu ada seorang pemuda bernama Jean Peterzoon Coen, dia terlahir dalam lingkungan elit atas kalangan bangsawan, tetapi tetap saja berada dibawah kalangan kerajaan Belanda.
Lingkungan para bangsawan tentu saja membuat dia mudah untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik bagi dirinya, namun entah kenapa ia lebih memfokuskan diri dibidang militer dan pemerintahan. Sampai akhirnya ia bertemu dengan teman semasa kecilnya yang bernama Anggelina Van De Rosse, yang sekarang sudah menjadi wanita dewasa yang sangat cantik.
Seiring berjalannya waktu, tak disangka…mulailah timbul benih-benih cinta diantara keduanya. Namun cinta memang bisa datang pada siapa saja, tak disangka ternyata Pangeran muda Belanda yang bernama Edwin Van Persie juga tertarik akan kecantikan Anggelina.
Melihat kedekatan JP Coen dan Anggelina, timbulah rasa cemburu didalam diri Edwin VP, dan dengan kedudukannya dikerajaan Belanda waktu itu, akhirnya dia mengirim JP Coen ke Hindia Belanda dengan alasan untuk menjalankan pemerintahan di Batavia menggantikan posisi Gubernur Jendral Hindia Belanda sebelumnya.
Karena jiwa nasionalisme dan rasa pengabdian yang tinggi pada negaranya, akhirnya JP Coen menerima tugas tersebut…meskipun dengan berat hati dia harus meninggalkan cinta sejatinya dalam waktu yang lama dan jarak yang jauh.
Berbulan-bulan JP Coen melewati samudera yang luas, akhirnya dia tiba di Batavia, dan tak lama berselang…ia pun telah aktif menjalankan pemerintahan disana. Kegiatannya di pemerintahan mulai membuatnya larut dalam kesibukan, hingga akhirnya suatu waktu ia menerima kabar bahwa Pangeran muda Belanda telah menikah.
Awalnya ia ikut senang mendengar kabar bahagia tersebut, namun saat ia tahu kalau wanita yang dipersunting oleh Pangeran adalah Anggelina Van De Rosse, wanita yang selama ini telah memenuhi relung jiwanya, wanita yang selama ini telah mengisi hatinya…spontan ia tertegun sejenak. Baginya langit seperti terbelah, hatinya terasa luluh remuk redam mendengar bahwa wanita yang dinikahi oleh Pangeran ternyata adalah pujaan hatinya selama ini.
Hampir seminggu dia meratapi takdir yang harus diembannya di dalam ruang kerjanya yang hening. Namun ia akhirnya bangkit dari keterpurukan, ia mulai menyakini bahwa cinta tak harus memiliki, dan dengan menyibukan diri dengan pekerjaannya, akhirnya ia mulai dapat menghilangkan rasa pedih yang dialaminya saat itu.
Kesibukannya dalam menjalankan pemerintahan di Hindia Belanda mulai membuat ia melakukan kebijakan dan beberapa pengumuman-pengumuman yang berkaitan dengan perpindahan pejabat terasnya di beberapa wilayah dengan menerbitkan surat kabar pertama yang memuat iklan tersebut. Saat itu JP Coen membuktikan pada hekekatnya untuk produk-produk baru, antara berita dan iklan tak ada bedanya. Atau, bahwa beritapun dapat disampaikan dengan metode dan tekhnik periklanan.
Namun kesendirian yang dialaminya lama kelamaan mulai membuat sifatnya berubah, ia menjadi sensitive akan cinta…bahkan cenderung ia lebih cepat membenci sesuatu sehingga mulailag timbul sifat kediktatorannya.
Warga pribumi saat itu mulai menjadi pelampiasan kebenciannya pada cinta,dia mulai menyakiti, menyiksa, bahkan sampai membunuh dan memperkosa warga pribumi yang tak bersalah.
Akibat perlakuannya itu, mulailah muncul perlawanan pada pemerintahannya yang dilakukan oleh pendekar Betawi saat itu yang dijuluki Si Pitung. Pada suatu hari Si Pitung menyebarkan racun di sumur yang biasa dijadikan sumber air minum orang-orang Belanda di pemerintahan. Dan rencana Si Pitung pun sukses, ternyata racun itu juga merasuk ke aliran darah JP Coen, ia mengalami sakit yang aneh hingga akhirnya ia meninggal dunia. Dokter Belanda yang merawatnya mengatakan JP Coen meninggal karena wabah colera yang belum ditemukan obat untuk penyembuhannya saat itu.
Hwahahaha…ini cuma cerita karangan gw aja qo, kalau lo mau tau sejarah aslinya kayak gimana, ya lo masuk aja ke websitenya PPPI…hehehehe…
Lingkungan para bangsawan tentu saja membuat dia mudah untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik bagi dirinya, namun entah kenapa ia lebih memfokuskan diri dibidang militer dan pemerintahan. Sampai akhirnya ia bertemu dengan teman semasa kecilnya yang bernama Anggelina Van De Rosse, yang sekarang sudah menjadi wanita dewasa yang sangat cantik.
Seiring berjalannya waktu, tak disangka…mulailah timbul benih-benih cinta diantara keduanya. Namun cinta memang bisa datang pada siapa saja, tak disangka ternyata Pangeran muda Belanda yang bernama Edwin Van Persie juga tertarik akan kecantikan Anggelina.
Melihat kedekatan JP Coen dan Anggelina, timbulah rasa cemburu didalam diri Edwin VP, dan dengan kedudukannya dikerajaan Belanda waktu itu, akhirnya dia mengirim JP Coen ke Hindia Belanda dengan alasan untuk menjalankan pemerintahan di Batavia menggantikan posisi Gubernur Jendral Hindia Belanda sebelumnya.
Karena jiwa nasionalisme dan rasa pengabdian yang tinggi pada negaranya, akhirnya JP Coen menerima tugas tersebut…meskipun dengan berat hati dia harus meninggalkan cinta sejatinya dalam waktu yang lama dan jarak yang jauh.
Berbulan-bulan JP Coen melewati samudera yang luas, akhirnya dia tiba di Batavia, dan tak lama berselang…ia pun telah aktif menjalankan pemerintahan disana. Kegiatannya di pemerintahan mulai membuatnya larut dalam kesibukan, hingga akhirnya suatu waktu ia menerima kabar bahwa Pangeran muda Belanda telah menikah.
Awalnya ia ikut senang mendengar kabar bahagia tersebut, namun saat ia tahu kalau wanita yang dipersunting oleh Pangeran adalah Anggelina Van De Rosse, wanita yang selama ini telah memenuhi relung jiwanya, wanita yang selama ini telah mengisi hatinya…spontan ia tertegun sejenak. Baginya langit seperti terbelah, hatinya terasa luluh remuk redam mendengar bahwa wanita yang dinikahi oleh Pangeran ternyata adalah pujaan hatinya selama ini.
Hampir seminggu dia meratapi takdir yang harus diembannya di dalam ruang kerjanya yang hening. Namun ia akhirnya bangkit dari keterpurukan, ia mulai menyakini bahwa cinta tak harus memiliki, dan dengan menyibukan diri dengan pekerjaannya, akhirnya ia mulai dapat menghilangkan rasa pedih yang dialaminya saat itu.
Kesibukannya dalam menjalankan pemerintahan di Hindia Belanda mulai membuat ia melakukan kebijakan dan beberapa pengumuman-pengumuman yang berkaitan dengan perpindahan pejabat terasnya di beberapa wilayah dengan menerbitkan surat kabar pertama yang memuat iklan tersebut. Saat itu JP Coen membuktikan pada hekekatnya untuk produk-produk baru, antara berita dan iklan tak ada bedanya. Atau, bahwa beritapun dapat disampaikan dengan metode dan tekhnik periklanan.
Namun kesendirian yang dialaminya lama kelamaan mulai membuat sifatnya berubah, ia menjadi sensitive akan cinta…bahkan cenderung ia lebih cepat membenci sesuatu sehingga mulailag timbul sifat kediktatorannya.
Warga pribumi saat itu mulai menjadi pelampiasan kebenciannya pada cinta,dia mulai menyakiti, menyiksa, bahkan sampai membunuh dan memperkosa warga pribumi yang tak bersalah.
Akibat perlakuannya itu, mulailah muncul perlawanan pada pemerintahannya yang dilakukan oleh pendekar Betawi saat itu yang dijuluki Si Pitung. Pada suatu hari Si Pitung menyebarkan racun di sumur yang biasa dijadikan sumber air minum orang-orang Belanda di pemerintahan. Dan rencana Si Pitung pun sukses, ternyata racun itu juga merasuk ke aliran darah JP Coen, ia mengalami sakit yang aneh hingga akhirnya ia meninggal dunia. Dokter Belanda yang merawatnya mengatakan JP Coen meninggal karena wabah colera yang belum ditemukan obat untuk penyembuhannya saat itu.
Hwahahaha…ini cuma cerita karangan gw aja qo, kalau lo mau tau sejarah aslinya kayak gimana, ya lo masuk aja ke websitenya PPPI…hehehehe…
0 komentar:
Posting Komentar